![]() |
Ilustrasi. |
Dinamika Kepri, Batam - Surat dari pembaca, dengan hormat kepada para pembaca yang budiman, terlebih dahulu aku memohon maaf sebelum aku hendak menceritakan tentang kisahku ini.
Selain itu, aku juga mengucapkan terima kasih banyak kepada wartawan media ini, dimana telah sudi, mendengar dan menuliskan dengan apa yang sudah aku ungkapkan.
Kenalkan Saya namaku Ana. Maaf di dalam tulisan ini saya hanya ingin mencurahkan isi hatiku , bukan ingin memojokkan atau menceritakan keburukan prilaku siapapun dan oleh siapapun, namun ini perlu kulakukan setidaknya aku dapat mengurangi rasa beban yang ada di dalam pikiranku selama ini, hanya itu.
Namaku adalah Ana dan masih Ana yang dulu. Sedikit menceritakan awal sebelum merantau ke Batam. Ya dahulunya niatku ke Batam hanya ingin mengejar impian dengan cita-citaku untuk membahagiakan kedua orang tuaku, namun sampai saat ini, tujuan itu tidak terkabul.
Semua niat cita-citaku untuk membahagiakan orang tuaku, hambar begitu saja setelah aku terlena dalam permainan cinta terlarang dengan laki-laki suami orang lain.
Aku adalah wanita bertubuh mungil, orang bilang parasku cantik, tetapi menurutku aku merasa biasa saja. Selain itu aku juga memiliki warna kulit putih bersih, maka dari itu tidak menutup kemungkinan, jika mata pria yang menatapku akan jatuh terpesona ketika melihatku.
Namun itulah yang paling aku sayangkan dalam hidupku, mengapa semua pria yang terpesona melihatku itu adalah para pria yang sudah menikah.
Aku gadis berasal Dabo Singkep. Aku lahir di sana pada 18 tahun lalu. Sebenarnya kedatanganku ke Batam itu, bertujuan untuk mencari pekerjaan dengan harapan dapat meringankan beban orang tua yang ada di kampung, yang mana selama ini keluarga adalah keluarga yang tidak mampu.
Walau begitu aku bukannya memikirkan mereka, aku malah terlena dalam jeratan cinta terlarang dengan suami orang, dan menurutku itu sudah sangat terlalu.
Kisah cintaku
Maaf dengan keadaanku masih teramat sedih, disini aku sedikit menceritakan kisah cinta yang kualami dihari-hari terakhir ini. Kedatanganku ke Batam ini, dahulunya aku ikut bersama paman yang sudah lama tinggal di Batam, aku sempat tinggal dirumahnya , namun tidak lama. Pasalnya aku sering di tinggal sendiri, akibatnya merasa bosan dan sepi, akhirnya akupun pergi dan memutuskan mencari kost-kosan ditempat lain di daerah sekitar Nagoya.
Selain itu, aku juga mengucapkan terima kasih banyak kepada wartawan media ini, dimana telah sudi, mendengar dan menuliskan dengan apa yang sudah aku ungkapkan.
Kenalkan Saya namaku Ana. Maaf di dalam tulisan ini saya hanya ingin mencurahkan isi hatiku , bukan ingin memojokkan atau menceritakan keburukan prilaku siapapun dan oleh siapapun, namun ini perlu kulakukan setidaknya aku dapat mengurangi rasa beban yang ada di dalam pikiranku selama ini, hanya itu.
Namaku adalah Ana dan masih Ana yang dulu. Sedikit menceritakan awal sebelum merantau ke Batam. Ya dahulunya niatku ke Batam hanya ingin mengejar impian dengan cita-citaku untuk membahagiakan kedua orang tuaku, namun sampai saat ini, tujuan itu tidak terkabul.
Semua niat cita-citaku untuk membahagiakan orang tuaku, hambar begitu saja setelah aku terlena dalam permainan cinta terlarang dengan laki-laki suami orang lain.
Aku adalah wanita bertubuh mungil, orang bilang parasku cantik, tetapi menurutku aku merasa biasa saja. Selain itu aku juga memiliki warna kulit putih bersih, maka dari itu tidak menutup kemungkinan, jika mata pria yang menatapku akan jatuh terpesona ketika melihatku.
Namun itulah yang paling aku sayangkan dalam hidupku, mengapa semua pria yang terpesona melihatku itu adalah para pria yang sudah menikah.
Aku gadis berasal Dabo Singkep. Aku lahir di sana pada 18 tahun lalu. Sebenarnya kedatanganku ke Batam itu, bertujuan untuk mencari pekerjaan dengan harapan dapat meringankan beban orang tua yang ada di kampung, yang mana selama ini keluarga adalah keluarga yang tidak mampu.
Walau begitu aku bukannya memikirkan mereka, aku malah terlena dalam jeratan cinta terlarang dengan suami orang, dan menurutku itu sudah sangat terlalu.
Kisah cintaku
Maaf dengan keadaanku masih teramat sedih, disini aku sedikit menceritakan kisah cinta yang kualami dihari-hari terakhir ini. Kedatanganku ke Batam ini, dahulunya aku ikut bersama paman yang sudah lama tinggal di Batam, aku sempat tinggal dirumahnya , namun tidak lama. Pasalnya aku sering di tinggal sendiri, akibatnya merasa bosan dan sepi, akhirnya akupun pergi dan memutuskan mencari kost-kosan ditempat lain di daerah sekitar Nagoya.
Di dalam kesendirianku saat itu, aku mencoba untuk balajar hidup mandiri. Namun ditengah aku mencoba berdikari, tidak tahu apa yang terjadi padaku, aku jatuh hati pada pria yang tidak begitu kukenal.
Saat itu diawal perkenalan, secara kebetulan, aku mengenal seorang laki-laki bernama Topik, ketika aku telah mengenalnya, entah mengapa aku merasakan getaran hati yang begitu kuat terhadapnya, padahal perkenalan kami belum begitu lama. aku merasakan kalau aku telah jatuh hati padanya.
Memang kami tidak sering bersama, namun karena dia sering lewat di depan kosanku, aku jatuh hati padanya pasalnya dia kerap kali melemparkan senyuman padaku. Bahkan aku tidak sadar, kalau aku juga membalas seyuman itu . Ketika saya sedang duduk di depan pintu kosanku, tampa rasa segan ataupun malu, dia langsung menghampiriku, dan berkata kalau dia pengen lebih dekat denganku sembari mengucapkan kalau ia juga jatuh cinta kepadaku.
Mendengar ucapannya itu, aku jadi klepek-klepek dan mengangguk menerima cintanya tampa berpikir siapa dia sebenarnya. Sejak dari itu kamipun menjalin hubungan bak seperti dua insan yang tengah di mabuk kepayang. Selam dua bulan percintaan kami berjalan mulus, namun pada suatu hari ketika aku tengah bersamanya, kulihat tiba-tiba HP dia bergetar dengan sms masuk, ternyata sms itu dari istrinya.
Saat itu aku serasa tidak percaya. Hati serasa panas dengan api cemburu yang membakar. Aku juga tidak tahu kalau ia sudah menikah. Akupun terkejut seperti mendegar petir di siang hari.aku sedih, ternyata dia telah mempunyai istri. Saat itu, hatiku merasakan sakit yang begitu perih, hatiku hancur, sakitnya seperti tersayat-sayat.
Bagaimana aku tidak hancur, semua yang kumiliki telah kuberikan padanya. Ketika aku membaca isi pesan singkat dari istrinya itu, aku sedih, namun aku tetap harus menerima kenyataan kalau dia telah membohongiku.
Saat itu diawal perkenalan, secara kebetulan, aku mengenal seorang laki-laki bernama Topik, ketika aku telah mengenalnya, entah mengapa aku merasakan getaran hati yang begitu kuat terhadapnya, padahal perkenalan kami belum begitu lama. aku merasakan kalau aku telah jatuh hati padanya.
Memang kami tidak sering bersama, namun karena dia sering lewat di depan kosanku, aku jatuh hati padanya pasalnya dia kerap kali melemparkan senyuman padaku. Bahkan aku tidak sadar, kalau aku juga membalas seyuman itu . Ketika saya sedang duduk di depan pintu kosanku, tampa rasa segan ataupun malu, dia langsung menghampiriku, dan berkata kalau dia pengen lebih dekat denganku sembari mengucapkan kalau ia juga jatuh cinta kepadaku.
Mendengar ucapannya itu, aku jadi klepek-klepek dan mengangguk menerima cintanya tampa berpikir siapa dia sebenarnya. Sejak dari itu kamipun menjalin hubungan bak seperti dua insan yang tengah di mabuk kepayang. Selam dua bulan percintaan kami berjalan mulus, namun pada suatu hari ketika aku tengah bersamanya, kulihat tiba-tiba HP dia bergetar dengan sms masuk, ternyata sms itu dari istrinya.
Saat itu aku serasa tidak percaya. Hati serasa panas dengan api cemburu yang membakar. Aku juga tidak tahu kalau ia sudah menikah. Akupun terkejut seperti mendegar petir di siang hari.aku sedih, ternyata dia telah mempunyai istri. Saat itu, hatiku merasakan sakit yang begitu perih, hatiku hancur, sakitnya seperti tersayat-sayat.
Bagaimana aku tidak hancur, semua yang kumiliki telah kuberikan padanya. Ketika aku membaca isi pesan singkat dari istrinya itu, aku sedih, namun aku tetap harus menerima kenyataan kalau dia telah membohongiku.
Sejenak aku sadari, semua terjadi karena terlalu mencintainya, akibatnya aku telah melupakan segala impian dan tujuan hidupku untuk membahagiakan orang tuaku. Kendati apa yang sudah terjadi aku hanya bisa menangis meratapi nasib tragisnya nasib cintaku. Untuk menenangkan aku ia berkali-kali mengatakan ia begitu mencintaiku.
Ketika kutanya apakah yang mengirim sms itu istrinya, dia menjawab ya sambil menundukan kepala berkata. kepadaku ia berjanji akan menikahiku. Sembari mengatakan niatnya ia juga memelukku dengan erat katanya dengan lembut saat itu "Aku sangat mencintaimu sayang, dan aku akan menikahimu.
Padahal sampai ini, ucapannya itu tidak pernah terbukti. Walau sudah demikian, sepertinya aku gak peduli dan ambil pusing jika Topik telah mempunyai istri, sebab aku juga sangat mencintainya. Aku pede dan tetap menjalanin hubungan terlarang itu. Namun sebagai naluri seorang wanita, aku menyadarinya, aku bersalah karena telah berusaha merebut suami dan kebahagian wanita lain.
Bahkan sering kutanya dalam hati ini , "Apakah aku salah bila mencintainya?".rasa tanya dan rasa bersalah itu, selalu berkecambuk di dalam hatiku, bahkan aku tidak bisa lagi membedakan, mana logika dan mana perasaan. Memang aku akui, kalau telah salah, aku sudah mengganggu keutuhan rumah tangga orang lain, tetapi aku juga akan tersiksa batin bila harus melupakan dan melepaskannya.
Kami saling mencintai dan aku tidak bisa kehilangannya. Waktu terus berlalu, seiring waktu, akhirnya hubungan kami terhendus dan telah diketahui oleh istrinya. Kami ketahuan ketika aku dan dia tengah bermalam di kostku.
Ketika kutanya apakah yang mengirim sms itu istrinya, dia menjawab ya sambil menundukan kepala berkata. kepadaku ia berjanji akan menikahiku. Sembari mengatakan niatnya ia juga memelukku dengan erat katanya dengan lembut saat itu "Aku sangat mencintaimu sayang, dan aku akan menikahimu.
Padahal sampai ini, ucapannya itu tidak pernah terbukti. Walau sudah demikian, sepertinya aku gak peduli dan ambil pusing jika Topik telah mempunyai istri, sebab aku juga sangat mencintainya. Aku pede dan tetap menjalanin hubungan terlarang itu. Namun sebagai naluri seorang wanita, aku menyadarinya, aku bersalah karena telah berusaha merebut suami dan kebahagian wanita lain.
Bahkan sering kutanya dalam hati ini , "Apakah aku salah bila mencintainya?".rasa tanya dan rasa bersalah itu, selalu berkecambuk di dalam hatiku, bahkan aku tidak bisa lagi membedakan, mana logika dan mana perasaan. Memang aku akui, kalau telah salah, aku sudah mengganggu keutuhan rumah tangga orang lain, tetapi aku juga akan tersiksa batin bila harus melupakan dan melepaskannya.
Kami saling mencintai dan aku tidak bisa kehilangannya. Waktu terus berlalu, seiring waktu, akhirnya hubungan kami terhendus dan telah diketahui oleh istrinya. Kami ketahuan ketika aku dan dia tengah bermalam di kostku.
Malam itu Istrinya langsung menelpon saya, saya mengangkat menerima panggilan itu, aku gugup menjawab panggilan tersebut. Kendati demikian, aku tetap bertekad memberanikan diri berjumpa dengan istrinya pacarku itu. Tidak menunggu lama, istri Topik pun akhirnya tiba kostku, dalam pertemuan itu aku menyatakan pada istrinya kalau sebelumnya aku sudah mengetahui kalau Topik itu, sudah mempunyai istri.
Malam dengan terus terang kukatakan kalau sangat mencintai suaminya. Aku bilang, aku gak bisa hidup tanpa suaminya. Mendengar ucapanku istrinya lalu berkata kepada saya " Oke kalau kamu memang mencintai suami saya, saya akan menceraikan dan meminta gugat cerai kepada suami saya itu." ucapnya tampaku terlihat sedih.
Namun ketika pertemuan itu, saat itu Topik sudah tidak ada bersama kami lagi, dia lari kabur entah pergi kemana mungkin lari dari jendela. Melihat suaminya tidak berada di kamarku lagi, istrinya itu lalu pergi sembari menghempaskan pintu kamar kamarku.
Setelah kejadian yang memalukan itu, aku terdiam, aku seperti merasakan ketakutan yang begitu berlebihan. Kendati kejadiannya sudah begitu, rasa cinta dan sayangku kepada Topik, tidak berkurang sedikit pun. Aku tahu kejadian itu sangat menyakitkan hatiku.
Setelah hatiku sedikit tenang kugapai Hp dan mencoba menghubungi kekasihku itu, namun nomor hpnya sudah tidak aktif lagi. Atas kejadian itu, aku takut bila Topik tidak akan kembali lagi padaku. aku akan sedih kalau itu memang benar-benar terrjadi. Aku tidak dapat membayangkan bila Topik tidak ada disamping lagi. Mengingat akan terjadi demikian, tiba-tiba aku menagis, aku terus mengingat semua kenangan- kenangan yang pernah telah kami lalui berdua.
Jujur hati ini sulit untuk melupakannya. Lama Topik tidak ada kabar, akupun menjadi seperti orang stress, aku tak kuat bahkan aku pernah untuk mencoba bunuh diri tujuannya agar aku tidak lagi merasakan rindu berat tidak tertahankan. Semakin hari, semakin memaksa aku harus mencari dan bertemu dengan Topik. Pikirku mengapa aku seperti demikian.
Malam dengan terus terang kukatakan kalau sangat mencintai suaminya. Aku bilang, aku gak bisa hidup tanpa suaminya. Mendengar ucapanku istrinya lalu berkata kepada saya " Oke kalau kamu memang mencintai suami saya, saya akan menceraikan dan meminta gugat cerai kepada suami saya itu." ucapnya tampaku terlihat sedih.
Namun ketika pertemuan itu, saat itu Topik sudah tidak ada bersama kami lagi, dia lari kabur entah pergi kemana mungkin lari dari jendela. Melihat suaminya tidak berada di kamarku lagi, istrinya itu lalu pergi sembari menghempaskan pintu kamar kamarku.
Setelah kejadian yang memalukan itu, aku terdiam, aku seperti merasakan ketakutan yang begitu berlebihan. Kendati kejadiannya sudah begitu, rasa cinta dan sayangku kepada Topik, tidak berkurang sedikit pun. Aku tahu kejadian itu sangat menyakitkan hatiku.
Setelah hatiku sedikit tenang kugapai Hp dan mencoba menghubungi kekasihku itu, namun nomor hpnya sudah tidak aktif lagi. Atas kejadian itu, aku takut bila Topik tidak akan kembali lagi padaku. aku akan sedih kalau itu memang benar-benar terrjadi. Aku tidak dapat membayangkan bila Topik tidak ada disamping lagi. Mengingat akan terjadi demikian, tiba-tiba aku menagis, aku terus mengingat semua kenangan- kenangan yang pernah telah kami lalui berdua.
Jujur hati ini sulit untuk melupakannya. Lama Topik tidak ada kabar, akupun menjadi seperti orang stress, aku tak kuat bahkan aku pernah untuk mencoba bunuh diri tujuannya agar aku tidak lagi merasakan rindu berat tidak tertahankan. Semakin hari, semakin memaksa aku harus mencari dan bertemu dengan Topik. Pikirku mengapa aku seperti demikian.
Naluriku juga berkata kalau semua ini diluar logikaku. Pikirku mengapa aku begitu mencintainya bahkan aku rela untuk mati deminya. Rasa itu sungguh luar biasa. Bahkan sampai saat ini pun aku belum dapat melupakannya. Padahal dia sudah berkeluarga punya kehidupan dan tanggung jawab sendiri untuk menghidupi rumah tangganya.
Ya Tuhan apa yang harus kuperbuat agar hati ini tenang bisa melupakannya. Tuntun aku Tuhan. Aku sadar itu adalah dosa besar jika aku tetap berusaha merampas kebahagian istrinya. Sebagai wanita, aku juga merasakan bagaimana perasaan istrinya.
Begitu juga dengan aku, aku juga tidak rela jika suamiku kelak dirampas oleh orang lain. Kepada pembaca yang terhormat, aku mohon berikan saran padaku , bagaimana aku harus menjalani kehidupan ini. Selain aku telah merasa berdosa akan hal tetsebut, hati kecil ini juga tidak bisa melupakannya begitu saja. Sebenarnya aku ingin melupakannya, namun aku tak mampu. setiap detik setiap waktu, kemana aku melangkah wajahnya selalu terbanyang.
Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan, sampai detik ini , aku masih saja mengingat dirinya, kata seorang teman menyarankan , aku harus bisa melupakannya, katanya lagi aku terlalu dini untuk mencintainya, selain mencintainya, katanya umurku yang masih 18 tahun, terlalu muda untuk mengambil kesimpulan apalagi tentang hati dan perasaan.
Kata teman itu lagi menyarankan, aku masih sangat rapuh dan telah terpengaruh dengan yang belum tentu kebenarannya, apalagi dia yang aku cinta sudah menikah. katanya lagi mengatakan, aku harus bisa mengambil sikap dan pakai logika, ucapnya aku masih terlalu muda untuk mengatakan cinta kepada pria apalagi kepada pria yang sudah berumah tangga.
Aku sadar aku memang masih labil tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, maka itu beginilah jadinya nasib diriku. Kini Topik telah hilang pergi entah kemana, dan sudah beberapa hari ini kami tidak ada lagi komunikasi. Walau begitu, aku masih saja mengingat dan juga merindukannya.
Meskipun rindu ini terasa berat, aku bertekad akan segera melupakannya. Aku juga ingin mengembalikan kecerianku seperti dulu sebelum mengenal dirinya. Sempat terpikir aku juga rela di madunya, namun kini aku harus belajar untuk melupakannya, untuk selamanya. (DA)
Ya Tuhan apa yang harus kuperbuat agar hati ini tenang bisa melupakannya. Tuntun aku Tuhan. Aku sadar itu adalah dosa besar jika aku tetap berusaha merampas kebahagian istrinya. Sebagai wanita, aku juga merasakan bagaimana perasaan istrinya.
Begitu juga dengan aku, aku juga tidak rela jika suamiku kelak dirampas oleh orang lain. Kepada pembaca yang terhormat, aku mohon berikan saran padaku , bagaimana aku harus menjalani kehidupan ini. Selain aku telah merasa berdosa akan hal tetsebut, hati kecil ini juga tidak bisa melupakannya begitu saja. Sebenarnya aku ingin melupakannya, namun aku tak mampu. setiap detik setiap waktu, kemana aku melangkah wajahnya selalu terbanyang.
Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan, sampai detik ini , aku masih saja mengingat dirinya, kata seorang teman menyarankan , aku harus bisa melupakannya, katanya lagi aku terlalu dini untuk mencintainya, selain mencintainya, katanya umurku yang masih 18 tahun, terlalu muda untuk mengambil kesimpulan apalagi tentang hati dan perasaan.
Kata teman itu lagi menyarankan, aku masih sangat rapuh dan telah terpengaruh dengan yang belum tentu kebenarannya, apalagi dia yang aku cinta sudah menikah. katanya lagi mengatakan, aku harus bisa mengambil sikap dan pakai logika, ucapnya aku masih terlalu muda untuk mengatakan cinta kepada pria apalagi kepada pria yang sudah berumah tangga.
Aku sadar aku memang masih labil tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, maka itu beginilah jadinya nasib diriku. Kini Topik telah hilang pergi entah kemana, dan sudah beberapa hari ini kami tidak ada lagi komunikasi. Walau begitu, aku masih saja mengingat dan juga merindukannya.
Meskipun rindu ini terasa berat, aku bertekad akan segera melupakannya. Aku juga ingin mengembalikan kecerianku seperti dulu sebelum mengenal dirinya. Sempat terpikir aku juga rela di madunya, namun kini aku harus belajar untuk melupakannya, untuk selamanya. (DA)
Halaman :